Ulasan Novel Dengannya Tanpamu Karya Rara Indah NN

“Selalu ada ruang untuk hati yang ditinggalkan.”

Gimana respon kalian kalau tiba-tiba pacar kalian minta break padahal kalian penginnya nikah? Udah pacaran lama 4 tahun, Aira bukannya dinikahin malah diajak break sama Amar. Sebenernya Amar kenapa sih? Dan ini juga, tiba-tiba crushnya Aira waktu SMA muncul lagi disaat perasaan Aira lagi rentan!

Hai, Sobat Sirius! Disini aku mau memberikan ulasan atau review tentang sebuah novel berjudul Dengannya Tanpamu. Lebih detailnya berikut.

Judul                     : Dengannya Tanpamu
Penulis                 : Rara Indah NN
Cetakan               : Cetakan 2022
ISBN                      : 978-623-88081-4-4
Penerbit              : Namina Books
Tebal                     : 306+ Halaman
Harga                    : Harga P. Jawa Rp99.900,- (Jangan khawatir beli di e-commerce penerbitnya banyak diskon)

Selanjutnya: Ulasan Novel Dengannya Tanpamu Karya Rara Indah NN

Kutipan Blurb

Semakin Aira menanti Amar, semakin Riza mengusik hari dan harinya.

“Ra, gimana kalau kita nikah saja?”

“Kamu jangan lupa, ya. Aku masih pacarnya Amar!” tegas Aira.

“Pacar, kan? Bukan istrinya,” tantang Riza. “Buat aku, sih, kamu bukan milik siapa-siapa sejak break sama Amar.”

“Gimana kalau aku bukan Aira yang dulu, Za?”

“Gimana kalau kita coba dulu saja, Ra? Aku juga belum tentu Riza yang kamu sukai dulu.”

Dari kutipan blurbnya aja udah menarik ya. Membuat pembaca penasaran dengan hubungan Aira dan Riza serta kelanjutan hubungan Aira dengan Amar.

Kisah ini menceritakan bagaimana perjalanan cinta Aira yang membingungkan dan menggoyahkan perasaan. Dari permasalahan hubungannya dengan Amar yang begitu rumit. Rasa kesepian dan kerinduan yang menggerogoti hatinya. Kebahagian yang dia dapatkan secara tak terduga dari pertemuannya kembali dengan Riza. Bagaimana dia harus bersikap dewasa dalam menghadapi kehidupan dan juga percintaan. Serta bagaimana dingin kepalanya saat menghadapi sesuatu. Kisah cinta yang lembut. Dan yang paling penting, novel ini bisa bikin pembacanya senyum-senyum sendiri kayak orang gila dan nangis juga (bikin iri juga).

Novel ini merupakan novel jebolan wattpad yang memiliki banyak penggemar. Namun, dari pengalaman aku sendiri dalam membaca novel ini, bisa dibilang novel ini terlalu indah untuk sebuah novel wattpad yang biasanya terkesan template. Bukan berarti aku menghina novel wattpad ya! Karena aku juga penulis wattpad, tapi novel ini bagus banget kayak tulisan penulis ternama. Dari segi penulisannya yang mudah dicerna serta gaya penulis dalam menyampaikan perasaan karakter yang nyampe di hati pembaca. Serta, tiap kali aku membaca novel ini, tiap kali itulah aku bisa melihat ke dalamnya. Seakan aku benar-benar masuk ke dalam dunia novel. Hujannya, dinginnya, panas, dan kesalnya, semua benar-benar terasa. Narasi penulisnya benar-benar menjadi gambaran-gambaran dipikiran. Bahkan setelah membaca separuh novel ini, aku bisa memahami karakter Aira, seakan apa yang dilakukan Aira ini benar dan wajar.

Karakter dalam novel Dengannya Tanpamu ini sangat kuat tiap babnya. Perkembangan perasaan Aira dan Riza juga dikemas dengan rapi dan alami. Yang paling gong adalah karakter Amar! Perkembangan karakter satu ini benar-benar keren. Sejak awal karakter ini memang mungkin terkesan menyebalkan dan jahat. Tapi, entah kenapa justru karakter Amar ini yang paling complicated, detail perkembangan naik turunnya. Yang membuatku yakin bahwa sebuah perubahan pasti ada alasannya, sebuah perbuatan pasti ada timbal baliknya, dan sebuah kehilangan tak jauh dari kata penemuan. Manusia itu mungkin bisa salah, mungkin bisa berubah, namun tak sepenuhnya mengubah diri mereka menjadi orang lain.

Alur novel berjalan dengan pas dan pasti. Indah dan ngga muluk-muluk (aku ingin bilang novel ini estetik). Sampai aku saja belum bisa move on dari Aira, Riza, dan Amar ini saat aku menulis ulasan ini. Rasanya seperti rindu. Aku yang tak pernah pergi ke Jakarta atau Depok ini, tiba-tiba punya perasaan rindu akan hujan yang turun disana. Apakah itu wajar?

Meski sedari tadi aku menjabarkan seberapa bagusnya novel ini (sebenarnya masing kurang detail), tentu saja novel ini juga ada kekurangannya. Dari segi karakter, Riza si tokoh utama pria ini lebih membingungkan daripada Amar. Entah kenapa aku penuh keraguan dengan Riza ini. Rasanya apa-apa tentang dia tuh diburu-buru dan sesuka hatinya. Agak kekanakan gitu menurutku. Ya, aku tahu dia juga pernah merasakan sakit hati dan tidak ingin kejadian itu terulang lagi, tapi seharusnya ngga gitu caranya. Lalu, untuk endingnya, banyak detail adegan dewasa yang justru merusak keestetikan novel ini. Padahal ratenya 15+ tapi kok sejelas ini adegan dewasanya. Harus masuk 17+ sih cuma gara-gara beberapa hal aja. Dan yap, ini extra partnya malah bikin kesel!!!! Kesel sama Riza, marah-marah kayak Aira, dan nangisin Amar!!! Hayo Amar tanggung jawab ngga sama aku!!!

Nilai 4,5/5

Novel ini masuk ke daftar novel yang aku rekomendasikan. Kalau kalian mencari novel romantis yang hangat, manis, dan bukan anak sekolah. Ini bisa banget kalian baca. Apalagi menghadapi hiruk pikuk negeri ini, harus banget diselingin sama novel romantis satu ini. Aku jamin kalian bakal rindu sama hujan disana juga. Jangan lupa kita harus melawan ketidakadilan, melawan para koruptor, saling menjaga sesama rakyat Indonesia, dan jangan menyerah dalam menghadapi permasalah politik dan ekonomi yang terjadi di negeri kita atau bahkan di seluruh dunia. Sekian terima kasih.

By: Sfinasourus

Kegilaan Dalam Novel “Mei Hwa Dan Sang Pelintas Zaman”

  • Judul               : Mei Hwa dan Sang Pelintas Zaman
  • Penulis           : Afifah Afra
  • Penerbit        : Indiva
  • Cetakan        : Pertama, Januari 2014
  • Tebal               : 368 halaman
  • ISBN               : 978-602-1614-11-2
  • Harga             : – (aku beli bekas, jadi tidak tahu harga aslinya)

Jika ada sesuatu yang membinasakan sekaligus menghidupkan, dia adalah Cinta.

Biografi Singkat Penulis

Afifah Afra (nama asli: Yeni Mulati) adalah seorang penulis novel, artikel, dan cerpen. Dia sudah aktif menulis sejak SD. Hingga saat ini, Afifah Afra telah menulis sebanyak 67 judul buku baik fiksi maupun non fiksi (tidak termasuk karya-karya antologi).

Pengalaman Baca

Pertama kali aku tahu tentang buku ini berasal dari rasa penasaranku tentang apa yang terjadi pada etnis tionghoa pada masa orde baru hingga era awal reformasi. Tepatnya setelah menonton film Pengepungan Di Bukit Duri yang isinya menyinggung peristiwa kerusuhan antara pribumi yang menghakimi etnis tionghoa tanpa pandang bulu. Itulah kenapa aku mencari rekomendasi dari beberapa laman internet dan berhasil menemukan buku luar biasa ini.

Novel Mei Hwa Dan Sang Pelintas Zaman adalah novel yang berisi tentang kisah dari Mei Hwa yang seorang keturunan etnis Tionghoa yang menjadi korban dari kerusuhan di Jakarta pada bulan Mei 1998 hingga harus mengalami ketidakstabilan mental. Padahal, dia hanya ingin pulang dan merayakan ulang tahun ayahnya. Namun, justru yang dia dapati malah kehancuran keluarganya. Namun, novel ini tak hanya membahas tentang huru hara era reformasi ’98, namun juga kisah dari seorang Sekar Ayu yang hidup melintasi zaman. Dari mulai kelahirannya di zaman penjajahan Belanda, kedatangan Jepang, peristiwa G30S PKI, hingga setelah huru hara ’98. Kesulitan yang dia lalui, dosa yang harus dia pertanggungjawabi, serta akhir hidup yang harus dia terima.

Tak sedikit novel yang sudah aku baca, namun, dengan sepenuh dan sejujur hati, novel ini adalah novel terbaik bagiku. Dari segi penulisan, gaya bahasa, genre, hingga ke plot twistnya. Meski novel ini termasuk fiksi sejarah, namun penyampaiannya tidak membosankan. Bahasanya yang mudah dipahami membuat pembaca mampu membaca dengan mengalir bak air sungai. Aku yang termasuk lambat dalam membaca bahkan mampu menyelesaikannya dalam dua hari.

Novel ini mampu memberikan pandangan kepada kita tentang peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah. Memosisikan diri kita sebagai seorang korban dari kebusukan-kebusukan manusia pada masa itu. Novel ini juga memberikan banyak pesan moral kepada para wanita khususnya. Kehidupan Sekar Ayu yang penuh liku, serta Mei Hwa yang mencoba untuk mengobati luka hatinya. Memberitahukan kepada kita bahwa masih ada orang baik di luar sana. Namun, karena isu yang diangkat, novel ini tentu diperuntukan bagi kalangan dewasa muda ke atas.

Penilaian

Nilai : 5/5

Novel terbaik yang aku rekomendasikan untuk dibaca minimal sekali dalam seumur hidup.

by : Sfinasourus

“PLAYING VICTIM” Sebuah Novel yang Menunjukkan Gelapnya Popularitas di Era Digital

Judul: Playing Victim
Penulis: Eva Sri Rahayu
Genre: Psychological Thriller, Kritik Sosial, Fiksi Remaja

Halo Sobat Sirius, para penggemar bintang dimanapun kalian berada.

Kali ini, aku mau share tentang novel yang aku baca awal bulan Mei 2025 ini. Sebuah novel thriller berjudul Playing Victim karya Eva Sri Rahayu. Novel jebolan Noura Books ini pertama kali terbit pada Mei 2019, tebalnya sekitar 400 halaman, setelah masuk lima besar pemenang “Urban Thriller Competition” yang diadakan oleh Noura Books awal tahun 2018 lalu. Novel ini cocok banget buat sobat yang suka cerita penuh ketegangan dengan kritik sosial kekinian.

  • Biografi Singkat Penulis

Eva Sri Rahayu lulusan UPI Jurusan Teknologi Pendidikan. Pendiri Komunitas Twins Universe bersama kembarannya unutk mengampanyekan psikologi anak kembar, salah satunya dalam bentuk web series berjudul TwiRies the Series yang dipublikasikan di Youtube.

  • Sinopsis Singkat

Playing Victim mengangkat kisah tiga orang sahabat—Afreen, Calya, dan Isvara—yang mendadak viral setelah melakukan aksi manipulatif dan memviralkan guru olahraganya hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian di media sosial. Padahal aksi mereka itu membuat guru mereka di pecat dari sekolah. Namun, karena perhatian yang diberikan publik kepada mereka, dari situlah awal mula kegilaan mereka terhadap eksistensi diri, baik di kehidupan langsung maupun di media sosial. Mereka bertiga berlomba mempertahankan eksistensi mereka dengan cara-cara yang semakin ekstrem, mulai dari memalsukan cerita sedih hingga memanfaatkan trauma pribadi untuk mengundang simpati publik. Mereka menjadikan diri mereka sebagai korban disetiap sandiwara yang mereka lakukan di media sosial, mereka menyebutnya Playing Victim.

  • Penokohan

Afreen merupakan seorang yang cerdas dan strategis. Dia selalu bisa menduga suatu hal hanya dengan memperhatikan. Langkah yang dia ambil selalu penuh pertimbangan. Namun, dia sangat haus akan pengakuan.

Calya adalah seorang yang sedari awal penuh dengan kepercayadirian, dia berani dan selalu melakukan apa yang dia mau. Namun, karena itu juga dia harus mengalami hal yang mengerikan.

Isvara, seorang yang pendiam namun dialah sosok yang berada dibalik rencana-rencana manipulatif yang dilakukan. Ide-ide yang dia lakukan tak bisa menolong hidupnya sendiri hanya karena dia tak secantik kedua temannya. Keinginannya untuk mendapatkan perhatian membuatnya rela melakukan apapun.

Ketiga karakter ini disajikan dengan latar belakang psikologis yang kompleks, menciptakan dinamika konflik yang menarik dan menegangkan.

  • Tema dan Isu Sosial

Novel ini menyentil banyak realitas kehidupan masa kini terkait media sosial, pencitraan, dan budaya viral. Eva Sri Rahayu berhasil menunjukkan bahwa “menjadi korban” bisa saja dimanfaatkan sebagai senjata untuk mendapatkan simpati dan keuntungan pribadi. Di novel ini juga menunjukkan tentang kecanduan akan media sosial dan validasi publik, pengaburan batas antara realita dan dunia maya, serta bahaya pembohongan dan manipulasi emosi di ruang publik.

  • Gaya Penulisan

Eva menulis dengan gaya naratif yang tajam namun mudah diikuti. Alurnya dibangun dengan baik, perlahan tapi intens, membawa pembaca dari kehidupan yang biasa ke dalam spiral psikologis yang gelap dan mencekam. Transisi antara tiap bagian cerita terasa mulus dan mendalam, dengan sudut pandang bergantian yang memperkuat dinamika cerita. Jujur, buat aku, aku bisa baca ini dalam satu hari, saking enaknya tulisan dan alur yang disampaikan. Mudah, tidak berbelit-belit, perasaan yang ingin disampaikan juga sangat terasa. Dari awal baca, tidak pernah ada rasa bosan. Bahkan yang terpikirkan malah, “Tunggu tunggu tunggu!” Merinding? Pasti.

  • Kesimpulan

Playing Victim adalah novel yang tidak hanya menyuguhkan kisah fiksi yang menegangkan, tetapi juga menjadi cermin reflektif bagi pembaca—terutama generasi muda—mengenai bagaimana perhatian publik dan popularitas bisa berubah menjadi candu yang membahayakan.

Nilai: 4/5

Sebuah karya yang layak dibaca dan didiskusikan, terutama dalam konteks literasi digital dan kesehatan mental di era serba daring. Aku rekomendasiin banget buat kalian yang suka genre thriller yang ringan, banyak pelajaran yang bisa kita ambil juga, apalagi mengajarkan kita untuk bersyukur dengan kehidupan kita yang meski cuma begini-begini saja.

Koleksi Seri Urban Thriller lainnya:

  • Suicide Knot – Vie Asano
  • The Good Neighbor – Ilham Mahendra
  • Every Wrong Thing – Jacq
  • Dua Dini Hari – Chandra Bientang

Aku udah punya Suicide Knot dan Every Wrong Thing, tapi belum aku baca. Jika udah kubaca, nanti bakal aku review juga. Tapi, kalo The Good Neighbor susah carinya. Sedangkan Dua Dini Hari, masih jadi wishlist aku, semoga tahun ini kebeli.

by: Sfinasourus